TUGAS PRIBADI EVALUASI PEMBELAJARAN PAI
“PERBEDAAN DAN PERSAMAAN KI HAJAR DEWANTARA DENGAN TAKSONOMI
BLOOM”

DISUSUN OLEH :
SARI ASRIANI
Nomer
Pokok:
11.06.002.012.028
DOSEN PEMBIMBING:
Drs. Ilpi Zukdi, M.Pd
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA BARAT
2012 M/ 1433 H
BAB I
PEMBAHASAN
A.
PERSAMAAN
KI HAJAR DEWANTARA DENGAN TAKSONOMI BLOOM.
a.
Konsep
Pendidikan Ki Hajar Dewantara :
Pendidikan
harus di titik beratkan pada jati diri manusia sendiri dan penilaian
keberhasilan terhadap pendidikannya bukan dari konsep atau hasil yang telah
dicapai, tetapi keberhasilan pengembangan jati diri adalah sampai di mana dia
berhasil menguasai hasil jerih payahnya dan bukan hasil jerih payahnya yang
menguasai manusia itu sendiri. Bagi Ki
Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam
kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi
pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan
bangsa.
Pendidikan
yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti
membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh dan
berkembang (menurut Ki Hajar Dewantara menyangkut daya cipta (kognitif), daya
rasa (afektif), dan daya karsa (psikomotorik). Singkatnya, “educate the head,
the heart, and the hand !” Pendidikan dan pembelajaran hendaknya juga
dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu ditumbuh kembangkan pada
diri peserta didik. Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat
manusia lebih pada sisi kehidupan psikologisnya. Menurutnya manusia memiliki
daya jiwa yaitu cipta, rasa dan karsa. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut
pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitik beratkan
pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai
manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek
intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan
ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya
cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika
berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi. Dari
titik pandang sosio-anthropologis, kekhasan manusia yang membedakannya dengan
makhluk lain adalah bahwa manusia itu berbudaya, sedangkan makhluk lainnya
tidak berbudaya. Maka salah satu cara yang efektif untuk menjadikan manusia
lebih manusiawi adalah dengan mengembangkan kebudayaannya. Bagi Ki Hajar
Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian
dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga
menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan
kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya
sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau
pengajar.
Dan
peserta didik yang dihasilkan adalah peserta didik yang berkepribadian merdeka,
sehat fisik, sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan
bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain. Metode
yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode
pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and
dedication based on love). Oleh karena itu bagi Ki Hajar Dewantara pepatah ini
sangat tepat yaitu “educate the head, the heart, and the hand”. Guru yang
efektif memiliki keunggulan dalam mengajar (fasilitator), dalam hubungan
(relasi dan komunikasi) dengan peserta didik dan anggota komunitas sekolah, dan
juga relasi dan komunikasinya dengan pihak lain (orang tua, komite sekolah,
pihak terkait), segi administrasi sebagai guru, dan sikap profesionalitasnya.
b.
Konsep
Taksonomi Bloom :
Taksonomi
Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini
pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini,
tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap
domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci
berdasarkan hirarkinya. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi
beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat),
mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling
kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga
tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai
“pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan”
yang ada pada tingkatan pertama. Taksonomi Bloom membantu Guru dalam beberapa
hal, yaitu :
·
Memahami secara utuh tujuan mereka (baik yang mereka pilih untuk
mereka sendiri maupun yang diberikan kepada mereka) : yaitu dapat membantu
mrenjawab pertanyaan, “learning question”
(apa yang penting dipelajari siswa…)
·
Membuat keputusan yang baik, bagaimana mengajar dan menilai
siswa dalam batas-batas tujuan yang ditetapkan : yaitu tabel dapat membantu
menjawab “instruction question” dan “assessment quention”
·
Menentukan seberapa baik objektif, penilaian dan kegiatan
instruksional, cocok/ layak keseluruhan : yaitu menjawab pertanyaan “aligment question”
Dimensi pengetahuan menurut Bloom :
·
Pengetahuan Faktual :
1. Pengetahuan istilah
2. Pengetahuan spesifik
·
Pengetahuan Konseptual :
1. Pengetahuan klasifikasi dan kategori
2. Prinsip-prinsip dan generalisasi
3. Pengetahuan tentang teori, model,
dan struktur
·
Pengetahuan prosedural :
1. Pengetahuan tentang keterampilan
spesifik dan algoritma
2. Pengetahuan tentang teknik dan
metode spesifik subjek
3. Pengetahuan tentang kriteria untuk
menentukan kapan menggunakan prosedur yang tepat
·
Pengetahuan metakognitif :
1. Pengetahuan strategis
2. Pengetahuan tentang tugas-tugas
kognitif (pengetahuan konseptual dan tradisional yang tepat)
3. Pengetahuan tentang diri sendiri
B.
PERBEDAAN
KI HAJAR DEWANTARA DENGAN TAKSONOMI BLOOM.
Tujuan
pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu: Ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Beberapa
istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain
tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu:
cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
a.
Taksonomi
Ki Hajar Dewantara (Cipta-Rasa-Karsa)
Dalam
kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari 3 hal yaitu Cipta, Rasa dan Karsa. Cipta
adalah kesadaran manusia untuk menyadari adanya hidup itu sendiri. Daya cipta
merupaka anugrah besar yang diberikan kepada Manusia. Dengan adanya unsur
Cipta, manusia bisa menyadari adanya Sang Pencipta. Adanya kita karena adanya
Sang Pencipta yang Abadi dialah Allah AR-Rahman AR-Rahim. Dengan Keberadaan-Nya
lah, kita diberi Anugrah untuk bisa merasakan, dan merasakan semua yang ada.
Rasa adalah mediator atau sarana kita mengenal Sang Maha Kekal atau yang selalu
ada tidak berawal dan berakhir. Dan semua Manusia tidak pernah lepas dari Rasa.
Karena adanya Rasa, timbulah keinginan apa yang disebut dalam bahasa jawa yaitu
Karsa. Maksud Karsa adalah dalam bentuk keinginan yang diaplikasikan. Banyak
orang tua jawa mengatakan ketika kita bisa menyelaraskan 3 komponen diatas,
kita akan bisa merasakan nikmatnya kehidupan. Kita bisa merasakan Kebesaran
Tuhan. Secara Fisik, kita bisa menempatkan unsur-unsur tersebut dalam tubuh
manusia. Untuk Cipta berada di Kepala manusia, Rasa di Dada Manusia, dan Karsa
terletak di perut manusia. Makanya tidak heran Hati biasa dikatakan di dada,
karena Rasa merupakan manifestasi dari Hati.
b.
Taksonomi
Bloom
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam
tiga domain, yaitu :
1.
Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir.
Domain Kognitif :
a.
Remember (mengingat)
Yaitu mengambil pengetahuan yang relevan dari ingatan jangka
panjang. Diantaranya recognizing (mengenali), recalling (mengingat kembali).
b.
Understanding (memahami)
Yaitu mengkonstruksikan makna dari pesan-pesan
instruksional, termasuk komunikasi
lisan, tulisan, dan drafts.
Diantaranya interpreting (menginterprestasikan), exemplifying
(memberi contoh), classifying (mengklasifikasikan), merangkum, menyimpulkan,
membandingkan, dan menjelaskan.
c.
Apply (menerapkan)
Yaitu melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi
tertentu.
Diantaranya melaksanakan, dan mengimplementasikan.
d.
Analyze (menganalisis)
Yaitu memecah materi menjadi bagian-bagian dan menentukan
hubungan antara satu bagian dengan bagian lain dan dengan struktur atau maksud
keseluruhan.
Diantaranya mendiferensiasikan, mengorganisasikan, dan
mengatribusikan.
e.
Evaluate (mengevaluasi)
Yaitu membuat keputusan berdasarkan kriteria atau standar.
Diantaranya mengecek dan mengkritik.
f.
Create (menciptakan)
Yaitu meletakkan setiap unsur bersama-sama untuk membentuk
fungsi atau sesuatu yang saling bertalian, mereorganisasi unsur-unsur ke dalam
pola yang baru atau struktur yang baru. Diantaranya membangun, merencanakan,
dan memproduksi.
2.
Affective Domain (Ranah Afektif) berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat,
sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
Domain Afektif :
a. Penerimaan (Receiving/Attending)
Yaitu Kesediaan untuk menyadari adanya
suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan
perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
b. Tanggapan (Responding)
Yaitu Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di
lingkungannya sebagai hasil pengalaman. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan
kepuasan dalam memberikan tanggapan.
c. Penghargaan (Valuing)
Yaitu Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu
objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari
serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
d. Pengorganisasian (Organization)
Yaitu Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di
antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
e. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai
(Characterization by a Value)
Yaitu Memiliki sistem nilai yang
mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.
3.
Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan mulai dari gerakan meniru
sampai melakukan tindakan secara alami yang mengkomunikasikan berbagai ide dan
emosi kepada orang lain.
Domain Psikomotorik :
a. Meniru (imitation)
b. Menyusun (manipulating)
c. Melakukukan dengan dengan prosedur
(precision)
d. Melakukan dengan baik dan tepat
(articulation)
e. Melakukan tindakan secara alami
(naturalization)
DAFTAR PUSTAKA
http://www.psychologymania.com/2011/09/taksonomi-bloom-dalam-aplikasi-di-dunia.html
http://rokimgd.wordpress.com/berhasil-menaa/konsep-pendidikan-ki-hajar-dewantoro-dan-fukuzawa-yukichi/
http://april76.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar